Kamis, 06 Oktober 2011

Silaturrahim yukk,….!!!


Sobat pasti udah sering denger kan istilah silaturrahim atau silaturrahmi. Bahkan bukan hanya denger tapi pasti udah pernah melakukanya. Tapi sobat tau nggak apa itu pengertian silaturrahim,.?.
Kebanyakan dari kita sering ngartiin Silaturrahim itu hanya sekadar pergi berkunjung ke tempat saudara, guru, teman, pacar atau ke rumah orang lain. Hal itu tidak salah memang. Namun yang menjadi pertanyaanya sekarang adalah ketika kita bertemu orang di jalan lalu kita menyapanya, apa itu tidak termasuk silaturrahim? Ato ketika kita sedang marah ama temen kemudian kita minta maaf, bukankah hal itu sering kita sebut dengan upaya menyambung tali silaturrahim?. Lalu apa sich sebetulnya pengertian silaturrahim itu?. Nah, kali ini saya akan coba jelasin sedikit aja masalah silaturrahim. (wah lagaknya kaya pakar silaturrahmi aja, hehe,..). siap-siap ya,…!!!
“^_^”


 

Kata Silaturrahim sebetulnya dibentuk dari dua kata yaitu shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari bahasa arab washala-yashilu-waslan-wa shilatan  yang  artinya adalah hubungan atau menyambungkan. Sedangkan kata ar-rahm, jamaknya adalah arhâm yang mempunyai arti rahim atau kerabat. Kata ar-rahim  berasal dari kata ar-rahmah  yang artinya kasih sayang. Ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang yang mempunyai hubungan rahim atau kekerabatan saling berkasih sayang. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat. Jadi, kata silaturrahim dapat kita artikan sebagai hubungan kekerabatan, atau menyambungkan rasa kasih sayang.
Gimana? Simpelkan artinya?. Itulah sebabnya kita bermaaf-maafan dengan temen dapat juga disebut silaturrahim. Gitu lho ceritanya,….
Lalu, apa bedanya silaturrahmi dengan silaturrahim?.
Dulu saya pernah nanyain masalah itu pada dosen saya dan beliau mengatakan bahwa maksud dari kata silaturrahmi dan silaturrahim itu sama. Namun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kedua kata tersebut berbeda. Mereka berpendapat bahwa kata silaturahmi itu berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Jadi arti silaturahmi adalah menyambungkan rasa nyeri ketika melahirkan. (hehehe…cukup aneh bukan??). Namun saya lebih cenderung memilih pendapat yang pertama karena menurut saya kata silaturrahmi dan silaturrahim itu maksudnya sama, hanya saja yang ngebedain mungkin dari segi peralihan bahasanya saja. Kata silaturrahmi itu mungkin peralihan dari bahasa arab ke bahasa Indonesia yang berasal dari kata silaturrahim. Hanya saja karena kita sering menyebut kedua-duanya sehingga kedua kata tersebut melekat erat dalam bahasa keseharian kita.
(Kalau sobat punya pendapat lain silahkan, tapi jangan lupa saya di kasih tau ya,…!!!
Please,..!!! “^_^” )
                                                                        
Rasulullah SAW sangat nganjurin umatnya bersilaturrahim. Bahkan beliau mengecam orang yang tidak mau menyambung tali silaturrahim itu tidak akan masuk surga. Beliau bersabda:
« لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ »
Artinya : Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan (tali silaturrahim). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits yang diriwayatkan oleh syaikhoni (Imam Bukhori dan Muslim) tersebut kita tahu bahwa nabi kita yang paling keren dan super itu sangat nganjurin umatnya untuk bersilaturrahiim.
Selain dari hadits tersebut juga banyak hadits-hadits nabi yang lain yang intinya nganjurin kita untuk saling menjaga hubungan silaturrahim. Dalam Al-Qur’an juga banyak sekali ayat yang nganjurin kita untuk bersilaturrahmi, misalnya Surat An-Nisa’ ayat 1 :
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً……..
Artinya : ……….dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (An-Nisa’ : 4).
Selain ayat tersebut juga masih ada ayat-ayat lain yang nganjurin kita untuk menjaga silaturrahim atau persaudaraan, misalnya Surat An-Nisa’ ayat 36 Allah Swt. memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kerabat, Surat An-Nahl ayat 90 Allah Swt. memerintahkan kita memberi kepada kerabat, Surat Ar-Rum ayat 38 Allah Swt. memerintahkan kita memberikan hak kepada kerabat, Surat al-Anfal ayat 75 dan al-Ahzab ayat 6 yang isinya meski dalam hal itu sebagian mereka lebih diutamakan dari sebagian yang lain.


 

Gimana?
Sudah lelah membacanya?
Jika sudah mulai lelah, coba sobat alihkan pandangan sebentar ke arah pemandangan ada disekitar kita agar rasa lelahnya terobati. Setelah itu lanjutin lagi bacanya. Karna kita akan bahas mengenai keutamaan dan  manfaat dari silaturrahmi atau silaturrahim.
Tetep Semangat ya,…!!!
“^_^”
Setelah sobat mengetahui dalil-dalil yang nganjurin kita untuk menjaga silaturrahim tersebut mungkin sobat jadi bertanya-tanya, Mengapa sih silaturrahmi itu dianjurkan? Apa untungnya bagi kita?. Untuk ngejawab pertanyaan itu saya akan coba sebutin sedikit aja manfaat dari silaturrahim itu. Menurut hadits Rosulullah, manfaat silaturrahim yaitu diantaranya dapat memperbanyak rizki dan dapat memperpanjang umur.
Lho, Kok bisa….???...!@#$%^&*???
Oke,.. Mari kita bahas bersama….!!!
Silaturrahim dapat memperbanyak rizki mungkin dapat kita nalar dengan rasio kita. Kalau kita sering bersilaturrahim maka kenalan kita atau kerabat kita otomatis akan semakin banyak. Jika kenalan kita semakin banyak maka hal itu dapat memungkinkan kita untuk memperluas jaringan bisnis kita atau sekadar cari pengalaman-pengalaman usaha dari mereka atau mungkin kita bisa ngedapetin pekerjaan dari mereka. Sehingga penghasilan kita akan bertambah. Betul nggak?.
Trus bagaimana dengan manfaat silaturrahim yang dapat manjangin umur? Bukankah umur kita sudah ditentuin Allah sejak kita berusia 4 bulan dalam kandungan? Pasti sobat nanti akan bertanya-tanya seperti itu. Dulu saya juga berfikiran seperti itu.
Ketika saya mengikuti seminar keagamaan di Kudus, Bapak K.H. Munawar Kholil (alm) pernah ngejelasin bahwa mengenai manfaat silaturrahim yang dapat memanjangkan umur itu ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa dengan bersilaturrahim umur kita akan benar-benar dapat bertambah, misalnya yang semula 63 tahun dapat menjadi 64, 65,66 atau bahkan 70 tahun atau lebih. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa jika kita bersilaturrahim umur kita tidak dapat bertambah, namun yang dapat bertambah adalah barokah dari umur tersebut, misalnya jika seumpama kita di jatah oleh Allah di dunia hanya 63 tahun, maka selama 63 tahun itulah kita dapat manfaatkannya sebagai ladang mencari pahala sebanyak-banyaknya tanpa ada halangan suatu apapun. Paham…?
Hmm,….Sebaiknya kita tidak usah pusing-pusing mikirin mana dari kedua pendapat tersebut yang paling benar, toh yang tau kebenaran yang haq itu hanyalah Allah yang maha tahu. Daripada mikirin hal itu, mending kita fikirin aja gimana caranya kita dapat ngebiasain bersilaturrahim dalam hidup kita.
O,. iya,.. hampir lupe…
Sebetulnya manfaat silaturrahim bukan hanya itu aja, tapi masih banyak sekali, diantaranya:
  1. Kita akan mendapatkan ridho dari Allah SWT.
  2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda baginda nabi Muhammad SAW, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”
  3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
  4. Disenangi oleh manusia.
  5. Membuat iblis dan setan marah.
  6. Membuat senang orang yang telah wafat, karena sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
  7. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
  8. Mmempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
  9. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
  10. De el el,….. (cari sendiri ya yang lainya, mungkin dibawah tempat tidurmu juga ada….hehehe…)      “^_^”


 




Selasa, 26 Juli 2011

Orang Beriman Menyambut Ramadhan


altSenyuman di wajah orang-orang beriman terpancar tatkala ramadhan semakin dekat menghampiri. Tamu mulia dan agung ini datang dengan memberikan banyak kebahagiaan kepada orang beriman, bagaimana tidak, saat jiwa yang telah kelelahan mengejar dunia, kini ramadhan datang  untuk membersihkan hati-hati mereka dengan nuansa ibadah yang begitu kental serta dijanjikan dengan berlipat ganda pahala untuk bekalan mereka menuju akhirat, bahagia karena jiwa-jiwa yang berlumuran dosa akan kembali disucikan dengan taubat nasuhah, bahagia karena memang jiwa-jiwa orang beriman membutuhkan bekalan tambahan berupa  kekuatan iman yang extra untuk menghadapi beratnya kondisi kehidupan, kekuatan ruhiyah yang mampu membuatnya bertahan dan tetap optimis melangkah di jalan yang benar, bahkan menjadi sangat dibutuhkan oleh seluruh umat islam untuk keluar dari kondisi berat yang mereka hadapi, maka ramadhan selalu datang pada saat yang tepat untuk menjadi hiburan bagi orang-orang beriman.
Bulan ini disebut tamu agung, karena banyak peristiwa agung yang pernah terjadi di dalamnya, diantaranya: Nuzulul Quran, Perang Badar, turunnya wahyu pertama di Gua Hira, meninggalnya paman Nabi tercinta, Abu Thalib, serta istri beliau Khadijah pada tahun ke-10 kenabian,  mulainya diwajibkan Zakat Fitrah pada tahun ke-2 Hijriyah, dimulainya persiapan perang khandak pada tahun ke-5 hijriyah, peristiwa penaklukan kota Mekah atau Fathu Makkah yang terjadi pada tanggal 21 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah, Perang Tabuk pada tahun ke-9 Hijriyah, dan masih banyak lagi peristiwa yang agung lainnya terjadi pada masa awal dakwah Islam dan setelahnya, bahkan kemerdekaan bangsa Indonesiapun terjadi pada bulan ramadhan.
Bulan ini disebut tamu istimewa karena keistimewaan yang dikhususkan padanya, seperti: Lailatul Qadr, yaitu nilai ibadah yang lebih baik dari pada seribu bulan saat orang beriman beribadah pada malam itu, bulan dilipat gandakannya pahala, amalan sunah dihitung sebagai pahala wajib, umrah pada bulan ini mendaatkan pahala sebagaimana haji bersama Rosulullah, dll.
Maka agar keagungan dan keistimewaan ramadhan dapat dirasakan, kemudian dapat dimanfaatkan dengan baik dan optimal, maka selayaknya setiap orang beriman mempersiapkan diri untuk menyambutnya.
Hal yang biasa dilakukan jika seseorang ingin menyambut tamunya, dia akan mempersiapkan dirinya, merapikan ruang tamunya, bahkan mempersiapkan makanan yang juga istimewa untuk disediakan buat tamunya.
 Apalagi  ini adalah tamu agung dan sangat istimewa, yang akan selalu bersama di rumah kita selama satu bulan lamanya. Maka tentu persiapannya bukanlah persiapan biasa-biasa saja, maka akan sangat tidak wajar jika  seorang yang akan kedatangan pejabat saja, ia begitu sibuk mempersiapkan segala sesuatunya agar tidak merasa malu, sedangkan dengan kedatangan ramadhan dia biasa-biasa saja.
Lalu apa yang perlu kita persiapkan untuk menyambut ramadhan ini?
Ada beberapa hal yang harus kita persiapkan agar kita mampu mengisi bulan yang penuh berkah ini dengan kegiatan yang dapat menambah bobot umur kita ketika kita menghadap Allah SWT.
Pertama, Persiapan Individu
Ini adalah persiapan yang paling utama kita lakukan, secara individu kita harus mempersiapkan kedatangan bulan ini secara optimal, karena persiapan ini akan mempengaruhi baik tidaknya kita mengisi amaliah ramadhan. Di antara persiapan individu yang harus kita lakukan adalah:
a.       Persiapan Rohani, ini adalah persiapan yang paling utama karena kekuatan ruh inilah yang akan menjadi motor penggerak segala bentuk ibadah kita, baik sebelum, ketika dan setelah ramadhan. Rasulullah mempersiapkan diri beliau dari sisi ini sangat luar biasa, yaitu dengan melaksanakan puasa sya’ban. Hal tersebut beliau lakukan dalam rangka mempersiapkan dan menyongsong kedatangan bulan Ramadhan. Disamping itu kita dianjurkan untuk banyak istighfar dan memohon serta memberi maaf agar kedatangan bulan suci kita sambut dengan hati bersih dari segala bentuk dosa dan perselisihan, rasa dengki dan penyakit-penyakit hati yang lainnya.  Bahkan para salafus shalih berdoa selama 6 bulan agar mereka disampaikan hingga bulan ramadhan dan kemudian berdoa pasca Ramadhan selama 6 bulan agar ibadah mereka diterima”.
b.      Persiapan Ilmu, agar ibadah kita benar dan sesuai dengan tuntunan Rosulullah maka kita harus memahami ilmunya, untuk itu kita harus membaca dan menelaah buku-buku yang berbicara tentang puasa agar kita dapat mengetahui syarat dan rukun puasa serta hal-hal yang dapat membatalkan serta menghilang nilai puasa, serta banyak permasalahan puasa yang perlu mendapat penjelasan lebih dalam dari ulama dan pakar syariah, tentang hal-hal yang sering terjadi menyangkut ibu hamil dan menyusui yang tidak dapat berpuasa, orang tua yang sakit, serta tentang permasalahan ilmu kedokteran yang ada hubungannya dengan ibadah puasa.
c.       Persiapan Jasmani, tubuh adalah salah satu komponen yang penting dan harus kita persiapkan dalam menyambut bulan ramadhan, karena tanpa jasmani yang sehat kita tidak akan mampu melaksanakan ibadah puasa, membaca Al-Quran, sholat tarawih dan qiyamullail. Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh merupakan salah satu modal penting dalam melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda, ”Seorang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai dari mu’min lemah dan keduanya adalah baik”.
d.      Persiapan Akhlak dan Moral, Agar puasa pada ramadhan tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, sehingga sampai kepada puasa Khawaasul Khawash seperti pembagian Imam Ghazali, yaitu puasanya di dunia karena karena Allah, ia menjaga kepala dan apa yang dibawahnya, menjaga perut dan apa yang di sekelilingnya dan mengingat mati serta apa yang terjadi setelah kematian, menjadikan orientasi hidupnya adalah akherat. Sehingga terhindar dari apa yang disampaiakn oleh Rosulullah, “Berapa banyak orang yang puasa namun mereka tidak mendapatkan dari puasa mereka kecuali lapar dan haus” (HR.Thabrani, Ahmad dan Baihaqi).
Diantara hal yang harus dijaga dari saat ini adalah:
1.       Menjaga penglihatan dan menghindarinya dari obyek yang tidak baik. Rasulullah saw bersabda,”Penglihatan adalah panah dari panah beracun iblis”.
2.       Menjaga lisan dari perkataan yang bathil dan tdk bermanfaat. Rasulullah saw bersabda, ”Apabila kalian sedang berpuasa janganlah berkata dengan perkataan kotor (keji) dan janganlah melakukan perbuatan tercela, apabila ada orang yang menghina katakan kepadanya bahwa saya sedang puasa”(HR. Muttafaq ‘alaihi). Rasulullah saw, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan bohong maka Allah tidak menperdulikan ibadah puasanya” (HR. Ibnu Majah).
3.       Menjaga pendengaran dari hal-hal yang bathil, seperti ghibah, serta hal-hal yang diharamkan lainnya.
e.      Persiapan Materi, Dari Abi Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersumpah tidak ada bulan yang paling baik bagi orang beriman kecuali bulan Ramadhan, dan tidak ada bulan yang paling buruk bagi orang munafik kecuali bulan Ramadhan, dikarenakan pada bulan itu orang beriman telah menyiapkan diri untuk berkonsentrasi dalam beribadah dan sebaliknya orang munafik sudah bersiap diri untuk menggoda dan melalaikan orang beriman dari beribadah” (HR.Imam Ahmad).
Para ulama menjelaskan maksud hadits ini ”dikarenakan orang beriman telah menyiapkan diri untk berkonsentrasi dalam beribadah” adalah: Hal itu dikarenakan orang beriman telah menyiapkan diri dari sisi materi untuk memberikan nafkah kepada keluarganya karena mereka ingin konsentrasi beribadah, sebab memperbanyak Qiyam lail menyebakan mereka harus banyak tidur di waktu siang dan memperbanyak I’tikaf menyebabkan mereka tidak bisa untuk beraktifitas di luar masjid, hal ini semua menyebabkan mereka tidak bisa untuk melakukan aktifitas mencari nafkah, maka itu mereka mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum datang bulan Ramadhan agar mereka dapat berkonsentrasi beribadah serta mendapatkan keutamaan bulan yang mulia ini”.
Dari kitab Shahihain Ibnu ‘Abbas ra berkata ”Rasulullah adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau semakin dermawan pada bulan Ramadan ketika berjumpa dengan Jibril untuk bertadarus Al-Quran, kedermawanan Rasulullah ketika itu bagaikan angin yang berhembus”. Maka tanpa persiapan dari sisi materi kita tdk akan mampu mencontoh dan mengikuti kedermawanan Rasulullah saw.     
Kedua, Persiapan Lingkungan Masyarakat
Lingkungan adalah faktor yang penting dalam menyiapkan diri menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan, sebab lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung proses pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan.   Di antara hal yang perlu di lingkungan kita adalah:                      
1.       Rumah, ia adalah lingkungan yang paling utama dalam kehidupan seorang, maka sebagai orang beriman harus mengkondisikan tempat tinggal kita agar dapat menunjang kekhusuan amaliah ibadah kita selama bulan Ramadan. Di antara hal yang harus kita perhatikan dalam mengkondisikan rumah adalah TV, karena TV merupakan media utama pengganggu kekhusuaan ibadah kita, dan akan menghabiskan waktu kita sia-sia dari membaca Al-Quran dan ibadah lainnya.
2.       Tetangga, hal ini dapat kita lakukan dengan berkoordinasi dengan para tokoh masyarakat baik Ketua RT dan RW untuk bahu membahu saling mengingatkan bersama-sama mempersiapkan diri menyambut ramadhan serta saling menjaga kekhusuan selama beribadah di bulan ramadhan.
3.   Masjid dan Mushalla, tempat ibadah juga harus kita siapkan dalam menyambut bulan suci Ramadan, baik dengan cara mengadakan pembersihan serta merapikan di bagian dalam dan di luar tempat sholat, karena dengan masjid dan musholah yang bersih dan rapi serta fasilitas yang memadai akan menambah kekhusuan ibadah tarawih dan I'tikaf bagi orang-orang yang beribadah di sana.
4.   Kantor, tempat bekerja juga  mempunyai peranan yang sangat penting dalam dalam menyambut dan mengoptimalkan ramadhan, karena sebagian besar hari-hari yang dilalui oleh masyarakat perkotaan adalah di kantor. Perkantoran juga dapat mengisi kegiatan ramadhan dengan kajian keilmuan yang bermanfaat bagi karyawannya, seperti ceramah agama setelah sholat zhuhur yang mengupas permasalahan puasa atau permasalahan umum lainnya dengan menghadirkan para ustadz. Atau juga melakukan tadarus Al-Quran di antara para karyawan. Sehingga kantor tersebut juga mendapat keberkahan.
5.    Pasar, agar pelaksaan ibadah selama ramadhan tidak terganggu dengan kesibukan di pasar, keperluan rumah tangga hendaklah mulai disiapkan seperlunya, karena biasanya kebutuhan dan harga meningkat menjelang ramadhan.  Serta harus menjadi kesadaran bagi para pedagang, terutama bagi mereka yang menjual makanan untuk santap siang, untuk juga dapat menghormati kaum muslimin yang berpuasa dengan mengubah jadwal jualannya setelah sholat asar dan setelah tarawih, sehingga nuansa ramadhan juga terlihat bukan hanya di masjid namun juga di pasar. Perlu diyakini bahwa rezeki itu datangnya dari Allah, jadi ketika ia menghormati orang yang berpuasa insya Allah keberkahannya akan semakin bertambah.
Wallahu'alam bishowab.
Zulhamdi M. Saad, Lc
 source : http://www.ikadi.or.id/

Selasa, 05 Juli 2011

ADAB DAN BEKAL MENUNTUT ILMU TERHADAP DIRI SENDIRI



Sungguh telah dipahami bersama , bahwa menuntut ilmu agama adalah fardhu ‘ain (kewajiban bagi setiap pribadi) bagi tiap muslimin. Maka saat ini dampak dari kesadaran yang tinngi terhadap kewajiban tersebut ada disetiap lapisan masyarakat.

            Hal ini patut kita dambakan dan kita syukuri kepada Allah . Ini terlihat di berbagai instansi , di setiap daerah terdapat dan tumbuh subur majelis-majelis taklim yang dipenuhi oleh generasi muda, orangtua maupun remaja.

            Namun , sungguh tidak sedikit yang kita dapati dari hasil menuntut ilmu, praktik-praktik keseharian yang bertentangan dengan ilmu yang didapatnya. Ilmu yang mereka dapatkan kemarin, hari ini sudah lupa. Hari ini mendapat kajian ilmu, beberapa hari sudah tak ingat, tak berbekas lagi. Banyak pula yang mengaku ahlus sunnah justru menjadi penentang sunnah dan memperolok-olokkannya.

            Sungguh yang demikian ini menunjukkan tidak berkahnya ilmu yang didapat lantaran ketidaktahuan tentang landasan ilmu syar’i dan kurangnya adab dalam menuntut ilmu itu sendiri.

            Oleh karena itu, pokok dari setiap perkara yang diperintahkan untuk dipahami dan dihayati : bahwasannya “ILMU ITU IBADAH”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam majmu’ fatawa-nya X hal 11-13,15 & XI hal 314 , mengatakan : “ILMU ADALAH IBADAH.”
            Berkata sebagian ulama bahwa : Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan merupakan ibadah hati.           

            Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid , dalam Hilyah Thalabil ‘ilmi : “Maka orang yang menuntut ilmu hendaknya mempunyai adab terhadap dirinya”.
Adapun adab yang harus diperhatikan, diantaranya :           

1. Ikhlasun Niyyati lillahi ta’ala (Niat ikhlas hanya untuk Allah)      

Allah telah berfirman :           

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (beribadah) kepada Allah dengan mengikhlaskan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”        

            Begitu juga dalam hadits al Fardhi al Masyhur dari amirul mukminin , Umar bin Khaththab , bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda :   

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya” (HR Bukhari & Muslim)       

            Maka sesungguhnnya dari keikhlasan niat ini dapat menyebabkan (keberkahan) ilmu dan pengalihan kedudukan keutamaan taat dari serendah-rendahnya penyimpangan. Tidak ada yang lebih menghancurkan ilmu seperti halnya riya’. (lih. Tahdzibul Atsar 2 hal 121-122, At Thabari)

Contohnya , melalui ucapan : “Aku telah tahu dalam masalah ini” dan “aku telah hapal ini”. Tujuannya agar didengar dan diakui oleh orang lain (sehingga dipuji). 

            Dengan dasar ini, maka bersungguh-sungguhlah dalam menghindar dari semua yang merusak niatmu dalam menuntut ilmu yang benar, meonjolkan diri diantara teman sebaya (seangkatan) , menjadikan ilmu tsb sebagai sarana untuk kebendaan , sesuatu yang tidak kekal seperti kedudukan , harta benda , kebesaran , atau biar dipuji , mencari perhatian manusia. Maka sungguh yang semisal itu jika merubah niat maka rusaklah niat itu dan hilanglah berkah ilmunya.

            Maka tamassuk (berpegang teguh) lah kamu sekalian dengan al urwatul wutsqo (tali yang kuat) yang menjaga dari perusak niat, agar kamu menjadi sangat takut dari pembatal-pembatal keikhlasan , yakni dengan mencurahkan kesungguhan dalam keikhlasan yang disertai dengan rasa membutuhkan yang amat sangat dan pasrah kepada Allah.           

            Sungguh , ikhlas adalah kata yang mudah diucapkan , namun amat sukar dilaksanakan, sehingga Sufyan bin Said Ats Tsaury berkata : “Tidak ada suatu yang lebih menyulitkanku dari pada niatku”. Maka hendaklah berusaha dan berdoa kepada Allah Azza wa jalla.       

2. Mahabatullahi wa Mahabbatu Rasulihi (Cinta kepada Allah dan RasulNya)       

            Realisasinya adalah dengan memurnikan ittiba€ ¦’² (mengikuti) atsar Rasulillah shalallahu alaihi wa sallam. Sungguh Allah ta€ ¦’²ala telah berfirman :     

            “Katakanlah (hai Muhammad) jika kamu mencintai Allahmaka ikutilah aku , niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran :31)

            Kedua bekal dan adab diatas hendaknya ditempatkan kedudukannya sebagai mahkota dalam diri seseorang.           

            Wahai orang yang menuntut ilmu , kamu adalah orang-orang yang duduk bersimpuh untuk belajar dan yang amat mulia yaitu thalabul ilmi. Maka , aku wasiatkan kepadaku dan kepada kamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi (sendirian) ataupun terang-terangan (dihadapan banyak orang) .Takwa ini merupakan persiapan , dan dari takwa ini terdapat keutamaan-keutamaan yang merupakan faktor pendorong kekuatan bagi tingginya
derajat. Takwa merupakan pengikat hati yang amat kuat dari fitnah-fitnah yang ada , maka janganlah kamu lalai .           

3. Mulazamatu Khasya (Konsisten dalam takut kepada Allah)         

            Hiasilah senantiasa rasa takut kepadaNya baik dalam terang-terangan maupun dalam sembunyi. Tetaplah dalam penjagaan syariat Islam , menampakkan sunnah-sunnah serta menyebarkannya dengan cara mengamalkan dan mengajak orang lain untulk melaksanakannya. Bersaikaplah satria , hendaklah memudahkan dan tidak menyulitkan serta berpola laku yang shalih . Semua ini bisa diraih dengan khasy-yatullah.          

Imam Ahmad berkata : “Asas ilmu adalah takut kepada Allah (Khasy-yatullah)     

            Sebaik-baik mahluk yang melata di bumi ini adalah orang yang takut kepada Allah dan tidaklah seseorang takut kepada Allah kecuali orang yang alim (ulama). Namun ingatlah bahwa yang dimaksud alim adalah orang byang dengan ilmunya itu beramal , dan tidaklah orang itu beramal kecuali didasari dengan khasy-yatullah.       

4. Dawamul Muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah) 

            Hendaknya penutut ilmu selalu merasa diawasi oleh Allah dalam segala keadaan dan dimana saja berada dalam rangka berjalan menuju Allah dengan hati antara khauf (tajut) dan raja’ (berharap) . Keduanya bagaikan sayap bagi seekor burung. Sehingga tidak bisa hilang salah satunya . Maka hadapkan dirimu kepada Allah keseluruhan. Penuhi hatimu dengan muraqabah , basahi bibirmu selalu dengan dzikir kepada-Nya dan selalu merasa senang dengan hukum-hukum Allah dan hikmah-hikmahNya.         

5. Rendah hati dan Tidak sombong   

            Berbekalah dengan adab nafsi dengan selalu menjaga diri, santun, sabar, tawadhu’ demi kebenaran , ketenangan , rendah hati. Dalam hal seperti ini engkau membawa beban belajar demi mulianya ilmu, dalam keadaan merendah diri demi kebenaran.Maka hati-hatilah dari berlaku sombiong . Sungguh telah sampai kepadamu kaum salaf yang begitu hati-hati dari prilaku sombong.

6. Jadilah mengikuti jejak salafus sholeh (orang-orang yang terdahulu)       

            Hendaknya kita menjadi salafi yang benar-benar, yaitu menelusuri jalannya orang-orang terdahulu dari kalangan shahabat Rasul shalallahu alaihi wa sallam, yang allah telah ridha kepada mereka , jalannya orang-orang generasi setelah shahabat yang selalu mengikuti jejak mereka dalam permasalahan agama, baik dalam masalah aqidah , ahlak , dan keseluruhan manhaj. Berpegang teguhlah dengan sunnah Rasul Shalallahu alaihi wa sallam, tinggalkanlah jidal (berdebat) tanpa ilmu , jauhi tebak-menebak tanpa ilmu , serta tinggalkan keasyikan pada ilmu kalam.


La Adri At Tilmidzi   

Umar bin Abdul Aziz berkata :          

“Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu (Salafus Shalih) itu berhenti di atas dasar ilmu dengan bashirah yang tajam (menembus) mereka, menahan (dirinya), dan mereka lebih mampu dalam membahas sesuatu jika mereka ingin membahasnya.” (Bayan Fadlli Ilmis Salaf 38)

Diambil dari mailing list salafiyyin@yahoogroups.com
Message: 9        
Date: Sat, 16 Apr 2005 05:44:39 -0700 (PDT)
From: La Adri <>
Subject: Adab dan bekal menuntut ilmu